efek
Kamis, 23 Desember 2010
Adab Dalam Pergaulan Dunia Maya Saat Ini..!
Bayangkan kita punya rumah milik bersama. Rumah yang dihuni bersama, tempat kita bertemu dan menjalin keakraban satu sama lain. Siapapun bisa datang bertamu, dan siapapun bisa bergabung menjadi penghuni rumah. Rumah itu adalah jejaring sosial
Sebagaimana layaknya rumah, tentu tak sedap jika melihat pakaian kotor berserakan di ruang tamu. Tak layak pula melihat kloset diletakkan di ruang makan. Tak pantas juga melihat kompor diletakkan di wastafel dalam kamar mandi.
Menempatkan sesuatu pada tempat yang sepantasnya, inilah hal yang acap kali alpa dari ingatan dan kerap secara tak sadar dilakukan tanpa merasa jengah. Mari kita analogikan perumpamaan tadi dengan keadaan dunia maya sekarang. Bahwa semua berjalan seperti biasa, upload as usual (mengadopsi dari business as usual), tapi ada beberapa hal yang "tak beres".
Memang menyenangkan memiliki banyak teman yang sama-sama penikmat jejaring sosial ini. Tapi tentu kita sadar bahwa tak semua berasal dari taraf usia yang sama. Ada yang berasal dari kalangan mahasiswa tingkat awal kuliah, ada juga yang sudah tingkat supervisor di perusahaan swasta. Ada account yang masih muda belia, ada juga account yang sudah senior bahkan mungkin lebih senior daripada ayah account yang muda belia itu. Malahan ada juga sebagai seorang pemimpin bagi sekelompok orang di institusi yang besar di dunia nyata. Sudah sepatutnya kita sadar diri dan tahu bagaimana menempatkan diri dalam pergaulan. Di dunia maya yang tak kenal tatap muka, sikap sopan dan etiket tetap melekat seperti layaknya pergaulan kita di dunia nyata.
Kita juga sadar, bahwa teman-teman di sini tak semua berasal dari kota yang sama. Artinya, budaya kita berbeda satu sama lain, demikian juga dengan adat dan kebiasaan. Ada pribadi yang sangat serius, ada pula yang penuh canda dan gelak tawa. Ada teman yang ingin belajar dan mencari ilmu di forum, ada pula yang hanya sekedar ingin have fun di situs pertemanan. Semua kita hargai dan semua kita terima sebagai penghuni rumah, tapi tentu dengan catatan: saling menghormati satu sama lain, put respect on everybody. Lantas, dari beragam keberbedaan itu kita selayaknya bersyukur untuk bisa melihat "warna-warni" dan bisa saling belajar satu sama lain. Kita sama-sama bisa menarik benang merah, bahwa kita memang berbeda-beda tapi punya pemersatu, yakni penikmat dan penghuni rumah kita, yaitu jejaring sosial,internet,situs perteman,atau apapun lah.
Bercanda ada waktu dan ada tempatnya, tidak setiap waktu kita serius dan tidak pula hanya bercanda melulu. Tak semua orang menatap komputer dengan suasana hati yang sama. Di satu tempat, teman kita login dan menatap monitor komputernya dengan hati riang gembira. Di tempat lain, seorang teman sedang login sembari menyiapkan kertas kerja, sehingga lebih banyak serius ketimbang santai. Sementara nun di sana, ada seorang teman lain yang login dalam suasana hati gundah gulana lantaran orang tua sakit keras, habis putus dengan pacar, atau karena bermasalah dengan bos di kantor, sehingga jika diajak bercanda bisa tersinggung. Hal-hal sederhana seperti ini sebenarnya penting.
Demikian pula dengan masalah pribadi antar beberapa orang, ada kalanya layak diangkat ke publik tapi hendaknya dipertimbangkan dengan matang. Tapi, lazimnya memang, masalah pribadi bukanlah konsumsi orang banyak meski teman-teman sendiri. Seperti jika seandainya sepasang yang sedang pacaran bertikai, teman yang ingkar janji, salah paham, atau misalnya tersinggung tapi bukan karena isu yang layak dikonsumsi publik.
Sekiranya ada sesama teman yang ingin mengingatkan teman lainnya, hendaknya digunakan kata-kata yang halus dan manis tutur bahasanya, yang bukannya kata-kata yang hendak menonjolkan kemarahannya, atau ke’aku’annya atau malahan kegarangannya. Sehingga reaksi yang timbul tidak menjadi debat kusir berkepanjangan tetapi menjadi seulas senyum simpul manis yang akhirnya membawa kepada pencerahan diri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar