efek

Selasa, 15 Februari 2011

Etika Ta'aruf


Bila kita mencermati sinetron yang bertaburan di layar kaca akhir-akhir ini, maka urusan pacaran yang dalam bahasa Arab disebut ta'aruf, menjadi tema yang paling dominan. Bahkan urusan pacaran para bintang sinetron diluar peran pun, lewat infotaintment, dijadikan topik yang setiap hari dianggap hotnews.
Menyedihkannya, para pesinetron itu ternyata banyak juga yang masih berusia muda, sehingga "pacaran" nya bukan untuk tujuan pernikahan, tapi sekedar jalan bareng. Jadi, jangan heran bila banyak diantara mereka, diberitakan gonta-ganti pacar.
Karena kiprah para pemain sinetron ini secara tidak langsung mempengaruhi para pemirsa yang juga para kaula muda, maka rasanya sebagai orangtua, khususnya sebagai Ibu, tidak ada salahnya kita menjelaskan pada anak-anak kita tentang pacaran dilihat dari aturan agama.
Kiat Ta'aruf untuk Memilih Jodoh
Ta'aruf sebenarnya memang dianjurkan, tetapi khusus bagi para muda-mudi yang berniat untuk menikah. Sebab ta'aruf ini berkaitan dengan persiapan pra nikah yang harus dilakukan dengan cukup matang.
Dia antaranya adalah untuk saling menjajaki kemampuan dan kepercayaan diri untuk memasuki dunia rumah tangga yang baru dan penuh tantangan itu. Selain itu tentu saja kesiapan finansial dan mental, serta kesepenuhan hati dalam memilih pasangan yang sekiranya serasi, cocok dan diyakini bisa abadi seumur hidup.
Alhamdulillah dalam Islam, laki-laki dan perempuan menpunyai hak dan kebebasan memilih yang sama. Tidak ada pemaksaan dalam Islam atau yang kita kenal dengan istilah "dijodohin". Namun ruang untuk saran, nasihat dan musyawarah dari pihak lain, baik orang tua maupun keluarga yang dianggap lebih berpengalaman dan bijaksana, tetap dibuka.
Jadi ta'aruf dalam Islam merupakan proses untuk mengenal calon pasangan mesing-masing, yang sekiranya kelak akan dijadikan seorang pendamping dalam kehidupan rumahtangganya. 
Ada beberapa hal mendasar yang ditekankan oleh agama untuk dikenali dari calon pasangan masing-masing.
Nabi bersabda, "Seseorang dinikahi karena empat hal: Kecantikan dan ketampanannya, keturunannya, kemapanan ekonominya dan komitmen keagamaannya. Namun, prioritaskanlah sisi komitmen keagamaannya maka diharapkan kamu akan mendapatkan ketenangan hidup" (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam hadis lain Nabi juga bersabda, "Menikahlah dengan orang yang berpotensi memiliki keturunan dan yang senantiasa mencurahkan mawaddah atau cinta kasih kepadamu " (HR. Ahmad dan Ibn Hibban)
Lalu, bagaimana cara kita mengenali sifat-sifat dari diri calon pasangan yang sekiranya akan kita pilih itu? Dalam hal ini Nabi menasehatkan kepada kita untuk melakukan Nadlar atau melihat dan berjumpa langsung dengan si dia. Nabi bersabda, "Jika kamu berkeinginan mengawini seeorang maka sebaiknya kamu dapat lebih dulu melihat dan bertemu langsung dengannya. Karana hal itu merupakan sarana yang berpotensi lebih untuk dapat menjaga keutuhan rumah tangga keduanya dikemudian hari" (HR. Tirmidzi dan Nasa).
Dalam hadis-hadis lain juga dikisahkan tentang keberadaan beberapa Sahabat yang minta pertimbangan kepada Nabi saat akan memilih calon pasangan.
Norma-norma Berpacaran
Meski agama tidak membatasi secara ekstrim pola interaksi yang normatif dan wajar antara laki-laki dan perempuan yang tidak mahram, namun hal itu harus  dibingkai dalam tatatanan etika dan moralitas agama. Sebab dalam konteks agama, pacaran dilakukan dengan tujuan pasti, yaitu membangun hubungan sosial, termasuk hubungan antara laki-laki dan perempuan, dalam kondisi yang senantiasa bersih, teratur dan tidak membuahkan keresahan atau agar tidak terkotori oleh ekspresi-ekspresi seksualitas yang tidak pada tempatnya.
Bukan rahaisa umum banyak kasus pacaran yang seringkali berujung memprihatinkan, Kalau tidak menyebabkan pernikahan dini, maka kasus aborsi pun mencuat. Karena itu perinsip dasar pacaran harus dipahami dengan benar. Yaitu, kedekatan antara laki-laki dan perempuan yang tidak mahram, dengan satu tujuan yaitu untuk terjadinya pernikahan.
Dengan demikian kita tahu persis, usia berapa anak-anak kita pantas melakukannya. Namun bila pun usia mereka sudah pansas, sebaiknya kita semua mawas diri bahwa tidak ada yang bisa menjamin kalau mereka akan selaku dapat  mengendalikan hawa nafsu dan terhindar dari bisikan-bisikan iblis yang menyesatkan. Peluang-peluang yang bisa membuka lebar kesempatan untuk melakukan maksiat dalam bentuk apapun sebaiknya segera dihindari. Antara lain dengan tidak membiarkan anak-anak kita berpacaran terlalu lama. Segerakan pernikahan bila mereka terlihat sudah saling cocok.
Beri info yang Benar
Selain memberi pemahaman mengenai pacaran menurut agama, jangan sungkan untuk membicarakan masalah seks dengan anak-anak sesuai perkembangan usia dan jiwa mereka. Pendidikan seks sangat dibutuhkan agar anak tidak mendapat pemahaman yang keliru. tekankan lah bahwa hubungan seks atau apa saja yang mengarah pada hal itu memiliki tujuan mulia, yaitu meneruskan keberadaan umat manusia di muka bumi ini. Selain itu hubungan seks juga pada dasarnya hanya diperbolehkan oleh agama bagi pasangan yang sudah menikah secara sah. Sementara yang  dilakukan di luar pernikahan yang  sah, hukumnya adalah haram dan termasuk dosa besar.
Pacaran yang sesuai aturan agama pada prinsipnya adalah semata-mata demi menjaga kehormatan dan kebersihan hati umat manusia.
*Abdullah Umar Fayumi**NooR. No.11/Th.V/Nov 2007*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar