efek

Rabu, 17 November 2010

Benarkah Melamun Kurangi Bahagia

Kebahagiaan seseorang yang sebenarnya adalah ketika hidup di alam realita, bukan lamunan.



VIVAnews - Melamun di sela-sela rutinitas memang melenakan. Mulai dari membayangkan kisah masa lalu yang suram hingga mimpi indah tentang masa depan. Tapi tahukah Anda bahwa kebiasaan ini tak hanya bisa mengganggu pekerjaan, tapi juga membuat seseorang merasa tidak bahagia.

Seperti dikutip dari Genius Beauty, penelitian tim psikolog Universitas Harvard menunjukkan bahwa mayoritas orang menghabiskan 46,9 persen waktunya untuk melamun. Inilah yang dikata membuat kebahagiaan seseorang tereduksi.

Penelitian itu menekankan bahwa kebahagiaan seseorang yang sebenarnya adalah ketika hidup di alam realita, bukan ketika berkelana dalam lamunan indah tentang sukses hidupnya.

Puncak tertinggi kebahagiaan datang pada waktu komunikasi aktif dengan teman-teman. Teori yang sama menjelaskan mengapa begitu banyak orang lebih suka melakukan olahraga ekstrem, mendaftar di berbagai klub dan menghabiskan malam di bar, sambil berbicara dengan teman-teman.

Banyak orang seringkali tanpa sadar hanyut dalam lamunan ketika mendengarkan musik, bermain, istirahat, bekerja, atau duduk di depan komputer. Lamunan jarang muncul ketika sedang membaca, menonton televisi, atau melakukan pekerjaan rumah.

Demi kepentingan penelitian, tim mengembangkan aplikasi khusus untuk iPhone, yang secara acak mengirim tiga pertanyaan sederhana kepada 2.250 partisipan yang tersebar di berbagai penjuru dunia.

Pertanyaan tersebut yaitu, "Bagaimana perasaan Anda hari ini?", "Apa yang kamu lakukan sekarang?" dan "Apakah Anda saat ini sedang berpikir sesuatu yang lain dari apa yang Anda lakukan?"

Hasilnya, dalam setiap aktivitasnya, mayoritas partisipan membiarkan 30 persen pikirannya berkelana ke alam lamunan. Hanya ketika menjalani aktivitas seksual, mereka cukup fokus. (pet)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar